...

Kelenturan

(Bahan Pemahaman Alkitab - 3)

Kisah Para Rasul 16:4-12

 

Pengantar

Dalam keluarga, pasti ada perbedaan, misalnya:

1. Perbedaan kebiasaan dan nilai karena berasal dari keluarga/lingkungan yang berbeda.

Sebagai contoh: ketika memasuki pernikahan, setiap orang membawa nilai dan kebiasaan dari keluarganya masing-masing. Nilai-nilai dan kebiasaan-kebiasaan tersebut sudah dibangun selama puluhan tahun dan mengakar kuat. Ketika keduanya bertemu dalam satu rumah tangga, tentu ada perbedaan.

a. Contoh sederhana: kebiasaan meletakkan handuk.

b. Contoh yang lebih kompleks: posisi antara keluarga dan pekerjaan – seberapa penting; mana yang lebih penting?

2. Perbedaan nilai terkait generasi.

Generasi yang lebih dulu dengan generasi yang terkemudian biasanya punya perbedaan nilai. Misalnya, generasi terdahulu sangat menekankan peran komunitas, generasi terkemudian lebih menekankan kemandirian/lebih individualis. Identifikasi ini bertujuan bukan untuk menentukan siapa yang lebih baik/benar, melainkan ada perbedaan yang harus dikelola dengan baik. Bagaimana pengalaman kita dalam mengelola perbedaan tersebut ?

Mari berdiskusi! Berbagi Pengalaman

1. Pernahkah Saudara merasa diri sebagai pihak yang benar, namun anggota keluarga lain tidak setuju terhadap anggapan Saudara ?

Apa yang dirasakan ?

Bagaimana sikap Saudara ?

2. Apakah Saudara berharap anggota keluarga lain menyesuaikan diri dengan Saudara ?

Bagaimana perasaan Saudara jika mereka tidak bersedia mendengar dan menyesuaikan diri terhadap Saudara atau sebaliknya ?

3. Apa yang lakukan ketika Saudara bersedia untuk mendengar anggota keluarga yang lain dan menyesuaikan diri dengan mereka? (berikan contoh-contohnya)

 

Penjelasan Teks

Kisah Para Rasul 16:4-12

1. Ayat 4 menjelaskan tindakan yang dilakukan Paulus untuk melakukan sosialisasi keputusan persidangan di Yerusalem, yakni bahwa orang non-Yahudi tidak perlu disunat (mengikuti hukum Taurat Yahudi/proselitisme) untuk menjadi pengikut Kristus. Dalam rangka itulah, Paulus dan Silas pergi ke jemaat-jemaat dan menyampaikan berita itu.

2. Dalam rangkaian perjalanan mensosialisasikan keputusan persidangan, dua kali Roh Tuhan melarang mereka.

a. Pertama, saat mereka mau masuk ke Asia, Roh Kudus mencegah.

b. Kedua, ketika mau masuk Bitinia, Roh Yesus tidak mengizinkan.

3. Bacaan ini menunjukkan bahwa Paulus dan Silas memiliki rancangan, namun karena roh Tuhan menuntun ke arah yang lain, Paulus dan Silas bersedia mendengarkan Tuhan dan meninggalkan/mengesampingkan/mengalahkan rencananya (mengubah).

a. Paulus bersedia mengubah rencana, karena dia tahu apa yang mau diperjuangkan; bukan rencananya sendiri, melainkan kehendak (visi/misi) Tuhan.

b. Tindakan Paulus dapat menjadi bagian refleksi kita. Ketika kita mempertahankan pendapat kita: apa yang sedang kita perjuangkan ? Apa yang sedang kita korbankan ? Contoh. Ketika kita kekeuh bertahan hanya karena gengsi, mungkin kita sedang mengorbankan sesuatu yang lebih besar: kasih, keutuhan, kebaikan bersama, dsb.

4. Kesediaan Paulus dan Silas untuk mengubah rencana (bersikap lentur) menuntun mereka kepada maksud Tuhan – memberitakan Injil untuk jemaat di Makedonia. Dari sanalah perubahan kehidupan yang lebih baik terjadi. Sikap Paulus dan Silas yang lentur artinya berdaya untuk melakukan adaptasi tinggi terhadap perubahan yang tidak sesuai dengan rancangannya. Mereka menyesuaikan diri dengan situasi yang ada tanpa kehilangan eksistensi dan mewujudkan penyesuaian diri dengan hati gembira.

Refleksi Tentang Fleksibilitas:

Belajar dari Pohon Bambu Fleksibilitas (kelenturan, keluwesan) adalah kemampuan seseorang untuk menyesuaikan cara berpikir dan sikapnya terhadap orang lain. Orang yang fleksibel bercirikan kesediaan untuk membuka diri terhadap gagasan atau rencana yang berbeda, termasuk kesediaan untuk ditantang dan dikritik demi menjadi lebih baik. Lawannya adalah orang yang tidak fleksibel: kaku, keras kepala, sombong, dan mementingkan diri sendiri.

Orang-orang yang tidak memiliki kelenturan ini biasanya tidak mau mendengarkan gagasan orang lain, memaksakan kehendak, dan tidak bersedia dikritik. Seberapa penting fleksibilitas dalam keluarga?

Mari belajar dari pohon bambu. Belakangan, bambu disebut sebagai “the green steel” atau baja hijau. Hal ini dikarenakan bambu memiliki serat yang melampaui kekuatan kayu atau baja dengan diameter yang sama. Karena itu, beberapa arsitek saat ini pun mulai mengembangkan konstruksi bambu dalam membuat bangunan tahan gempa. Batang bambu memang sangat lentur dan elastis. Ketika diombang-ambingkan tiupan angin ke segala arah, batang bambu tidak berdiri tegak dan kaku melainkan menyesuaikan diri mengikuti tiupan angin. Setelah angin berlalu, ia kembali ke posisi awal. Kemampuan menyesuaikan diri inilah yang membuatnya tidak mudah patah.

Apa yang membuat pohon bambu kuat diterpa angin? Kuncinya ada pada pertumbuhan akar. Selama 5 tahun pertama, pohon bambu menumbuhkan akar-akarnya. Sesudah itu, barulah ia bertumbuh ke atas dengan subur dan kuat. Dari pohon bambu, apa yang dapat kita pelajari ?

1. Pohon bambu mampu bertahan dan tidak patah karena batangnya cukup elastis dan lentur. Demikian pula, apabila setiap anggota keluarga selalu menganggap gagasan, cara, atau rencananya yang paling benar dan memaksakannya kepada yang lain, keluarga tersebut akan mudah patah. Akan tetapi, apabila setiap anggota keluarganya mau dan mampu menyesuaikan diri, maka keluarga itu akan mampu bertahan dan lebih bahagia (karena terhindar dari pertentangan-pertentangan yang tidak perlu, berfokus pada konflik-konflik yang memang tidak terhindarkan).

2. Kelenturan pohon bambu terhadap angin bukan berarti ia selalu berpindah. Kelenturannya justru bersumber dari akar- akar yang kuat. Demikian pula dalam relasi antarmanusia. Bersikap fleksibel tidak sama dengan tidak memiliki prinsip. Tidak berprinsip berarti selalu mengikuti apapun yang orang lain katakan. Sementara itu, bersikap fleksibel berarti memiliki dasar prinsip yang kuat, namun bersedia menyesuaikan diri untuk hal-hal yang tidak prinsip. Dalam perumpamaan pohon bambu, akar yang kuat juga dapat menunjukkan kedalaman cinta seseorang. Semakin dalam dan kuat kasihnya terhadap orang lain, seharusnya semakin ia bersedia untuk bersikap fleksibel.

Jadi, yang dibutuhkan:

1. Dalam berbagai perbedaan, siapa yang harus menyesuaikan diri ke siapa ?

Pertama, menyimak kehendak Tuhan. Dalam keluarga, Tuhan kepala keluarganya. Jadi, yang perlu diperhatikan: apakah ini kehendak Tuhan (atau jangan- jangan kehendak saya pribadi—bahkan kehendak pribadi yang saya balut “seolah-olah” kehendak Tuhan?)

2. Berikutnya, kesediaan untuk saling mendengar. Untuk itu, dibutuhkan kerendahan hati (untuk dikritik dan diuji, untuk mengalah, untuk meninggalkan zona nyaman).

Dialog dalam Terang Sabda Allah

1. Setelah mendengarkan kisah Paulus dan Silas dengan kelenturan hati mereka, apa pemahaman Saudara terkait dengan kelenturan hati ?

2. Menurut Saudara, apa yang menjadikan orang kesulitan mewujudkan kelenturan di dalam keluarga ?

3. Apa kebiasaan yang bisa dikembangkan supaya hidup menjadi lentur tanpa perlu kehilangan eksistensi diri ?

Dest,2023-10-11 pkl 01:25:18
 
ALAMAT KAMI
 

GEREJA INDUK :

Jl. Raya Klampok No.44
Kec. Purworejo Klampok, Kab. Banjarnegara,
Jawa Tengah 53474

PEPANTHAN DERIK :

Jl. Al Hikmah No.7, Gondang,
Derik, Kec. Susukan,
Kab. Banjarnegara,
Jawa Tengah 53475

PEPANTHAN BLARAK :

Desa Dermasari RT RW
Kec.Susukan, Kab. Banjarnegara,
Jawa Tengah 53474


Rekening :

BRI : xxxx-xx-xxxxx-x-x (GKJ Klampok)

 

Tinggalkan Pesan Anda di sini.


Nama :
 
Telp :
 
Email :
 
Pesan :
 
 
 

Design by : Destria Arifianto (feb2023)